Jumat, 10 Agustus 2012

MANDIRI MEMBAWA SUKSES



“tok tok.. adhi? Ada tamu nie buat kam.” Terdengar suara angga temen kos ku
“Hah tamu? Siapa ya?” fikirku dalam hati. “Oh ya bentar..” teriak ku sambil memakai baju seadanya keluar kamar. “ mama ? papa? Kok kalian ke sini?” ucapku kaget saat kulihat bonyokku terduduk di ruang tamu seadanya. “ jadi benar kamu kos disini adhi?” kata mama ku sambil berdiri mengampiri aku sambil melihat sekeliling dengan pandangan jijik. “ya mah” jawabku smbil Cuma bisa tersenyum. “kenapa kamu pilih disini? Bukankah dengan uang yang papa kirimkan kamu bisa kos atau kontrak yang lebih bagus malah kamu bisa membeli rumah sendiri disini. Kenapa kamu malah memilih disini? Kamu tidak pakai narkoba kan?” sederet pertanyaan pun terucap oleh papaku. “hah narkoba?”sentak kaget mamaku. Ya tak mungkin lah pah, aku masih tau diri.
“lalu kamu pilih tinggal di sini?” tanya papa heran. “ya kenapa?” Tanya mama menimpal
“Begini mah,pah…””
“hei nama mu siapa?” Tanya seorang laki-laki yang sebaya di sampingku. “oh gue ardi, lha loe siapa?tanyaku balik. “aku joko, asal mana? Jakarta ya?” tanyanya lagi. “hah kok tau? loe juga anak Jakarta?” Tanyaku terheran. Oh bukan aku anak tuban cuma pernah meratau di Jakarta jadi ya hafal wajah-wajah anak Jakarta.hehehe.” tawanya ringan. “Merantau? Bagaimana bisa? loe juga kuliah disini kan? Di management juga kan?. Tanya ku heran.
“ya aku juga maba kok. lho kenapa gak? Kita harus belajar mandiri sejak  awal” timpalnya. “mandiri? loe di Jakarta sekolah? . Tanya ku antusias.” Ya aku sekolah di sana juga bekerja ya lebih bisa dibilang usaha.” Jawabnya. “bekerja? Emang bonyokmu  tidak bisa biayai loe? Kok malah loe kerja?” tanyaku lagi. “iya..,kalo mengandalkan beasiswa aku juga tidak terlalu pintar. Ya udah aku iseng cari usaha.” Terangnya.” Ouw… emang loe usaha apa?Tanya ku penasaran. “Ya banyaklah..jadi ojek payung aku juga pernah, tetapi sekarang ini aku lagi bisnis makanan. Apa kamu mau iku?” ajak dia. “Hah? Emang gue bisa? gue kan Cuma seorang..” “seorang mahasiswa biasa yang terbiasa di manja?” potong dia.
“mmm ya begitulah…” balasku kebingungan.” Emang apa yang bisa gue lakukan?” tanyaku lagi. “banyak kamu bisa membantu pokoknya.” Jawabnya enteng.
Mingggu mulai berlalu aku bersamanya. Bersama sahabat baruku yang sangat menginspirasi aku.  Kami mulai membuka usaha sebuah makannan ringan atau cemilan . kami memanfaatkan keramaiaan para mahasiswa. “keripik pedas keripik pedas..” teriak kami disetiap berjualan. Suara kami begitu mengaung di gedung-gedung kampus.
“Trus pa hubungannya dengan kamu tinggal di sini?” mama memotong ceritaku. “Bentar lah biar dia selesaikan dulu ceritanya.” Bela papaku.
Suatu hari sebuah masalah datang.kami mulai kekurangan modal arena banyaknya permintaan. Hinga akhirnya saya meminjam uang papa. “meminjam uang papa? Apa maksudmu?” timpal mamaku lagi.  “ya mah.. uang yang dari papa sebenarnya tak pernah aku pakai. Kalau pun aku pakai cuma sebagai pinjamaan. Kalo mama dan papa tidak percaya silahkan cek saja.” Jelasku.
“ya sekarang papa paham kenapa kamu tinggal di sini. Kamu ingin mandiri dengan usahamu sendirikan?” kata papa.” Ya pah..” aku mengiyakan. “tapikan kamu di  sekolahkan di sini kan untuk meneruskan perusahaan papa.” Kata mama. “ ya mah, tapi tidak ada salahnya kan. kita  punya usaha sendiri?” kataku.
“lha trus gimana sekarang bisnis mu itu? Tanya papa padaku. “ ya lumayan lah pah sudah punya 5 stand dan juga 1 rumah produksi.” Jelasku. “wah lumayan juga ya.” Senyum semangat trepancar dari wajah papa. “Tapia pa ini tidak menggangu kuliahmu?” tanya mama masih tak setuju. “bentar ya mah, pah..” aku langsung ngeloyor ke kamar. “mama lihat saja sendiri..” aku meyerahkan hasil belajarku ke mama. Tampang tak percaya pun terpancar dari wajahnya.
“lalu mana temanmu yang bernama joko itu?” kata mama mengalihkan perhatian. “dia sedang menempati rumah produksi mah.” Jawabku. “Kenapa kamu tidak ikut tinggal di sana? Bukankah akan lebih hemat buatmu? Tanya papaku. “tidak pah.. aku ingin cari tempat yang focus untuk belajarku juga.” Jawabku. “kenapa tempat ini? Emang tidak ada kos lain?” kata mama. “ya begini lah mah hany ini yang dapat aku sewa dengan uang yang aku punya.
“ya sudahlah mah biar dia belajar. Belajarkan bukan Cuma dari guru saja tetepi juga pengalamaan.” Kata papaku.”ya udah deh… tapi kamu hati-hati ya? Jaga kesehatan.” Saran mamaku. “ya mah pah..” jawabku. “yaudah papa dan mama pamit dulu ya? Yuk mah.” Kata papaku berpamitan. “Lho tidak mampir dulu ke rumah produksi kami pah?” ajak ku. “kapan-kapan saja ya.. papa dan mama masih ada perlu.” Tolak ayah. “yaudah deh..” jawabku.
Pada akhirnya papa dan mama pun pulang. Kesibukan kantor akan menunggu mereka.
Dan perjalananku masih panjang. Perusahaanku haris maju dan berkembang pesat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar