Pendekatan Interaksionisme Simbolik
Pada hakiktanya manusia
merupakan makhluk sosiol yang saling berinteraksi satu sama lain. Dalam buku
Teori Sosiologi Klasik dan Modern karya Doyle Paul Johnson dan di terjemahkan
oleh Robert M. Z. Lawang di jelaskan bahwa interaksi sudah terjadi sejak dari
kecil. Hal ini dapat di lihat dari permainan yang dibuat oleh anak-anak.
Permainan yang dibuat anak-anak mengambil symbol-simbol yang ada di sekitar
mereka, misalnya kotak atau kardus dijadikan gedung-gedung rumah sakit,gudang,pos
polisi, garasi mobil, sedangkan mereka sediri bisa berpura-pura menjadi polisi,
pengemudi, atau doker. Namun, dunia anak sangtlah rapuh karena mudah mendapakan
gangguan dari luar dan apabila sudah ada gangguan besar kemungkinan mereka
malas untuk melanjutkannnya. Dalam dunia orang dewasa tentu berbeda dengan
dunia anak-anak. Dunia manusia(interaksi antara orang dewasa) jauh lebih lama
bertahan, tidak mudah erancam runtuh
karena perubahan seketka dalam suasana batin atau gangguan kecil. Dalam
berinteraksi orang-orang dewasa juga menggunakan symbol-simbol tertentu,
misalnya penggunaan starata sosial.[1]
Dalam sosiologi ada
berbagai pendekatan untuk mempelajari pola perilaku manusia diantaranya,
Pendekatan Organis, pendekatan individualis, dan pendekatan Interksional
Simbolik. Dalam hal ini untuk menjelaskan masalah di atas maka dipakai
pendekatan Interaksionisme Simbolik. Pendekatan interaksionisme simbolik
(symbolic interactionism) bercirikan sikap (attitude) dan arti (meaning).
Interaksianalisme Simbolik berorientasi pada diri atau pribadi (personality).
[2]
[1]Lawang, Robert M.Z. 1986, hlm: 3
[2] Bachtiar, Wardi, M,S. 2006,hlm: 239
Hebert Blumer yang
merupakan salah atu penganut pemikiran Mead menjabarkan pemikiran panutannya
itu. Menurutnya pokok pikiran interaksionalisme simbolik ada tiga; yang pertama
ialah bahwa manusia bertindak (act) terhadap sesuati (thing) atas dasar makna
(meaning) yang dipunyai sesuatu tersebut baginya. Dengan demikian tindakan
(act) seseorang penganur agama hindu di India terhadap seekor sapi (thing) akan
berbeda dengan tindakan Penganut agama islam di Pakistan, Karena bagi
masing-masing orang tersebut mempunyai makna yang berbeda. Blumer kemudian
mengemukakan bahwa makna yang dipunyai sesuatu tersebut berasal atau muncul
dari interaksi sosial antara soseorang dan sesamanya. Pokok ketiganya adalah
bahwa makna diperlakukannya atau diubah melalui suatu proses penafsiran, yang
digunakan orang dalam menghadapi sesuatu yang dijumpainya dengan maksud bahwa
makna yang muncul dari interaksi tersebut tidak begitu saja diterimaoleh
seseorang melainkan ditafsirkan lebih dahulu. [3]
Menurut Blumer interaksi simboli merujuk
pada karakter interaksi khusus yang berlangsung antar manusia. Kemudian Blumer
menentukan sebuah premis bahwa manusia itu memiliki “kedirian” (self). Manusia
dapat membuat dirinya sendiri sebaga objek dari tindakannya sendiri, atau ia
bertindak menuju pada dirinya sendiri sebagaimana ia dapat bertindak menuju
pada tindakan orang lain. Oleh karena itu pokok-pokok premis pendekatan
interaksi simbolik adalah “Masyarakat itu terdiri dari individu-individu yang
memiliki kediran mereka sendiri(yakni membuat indikasi untuk diri mereka
sendiri), tindakan individu itu merupakan suatu konstruksi dan bukansesuatu
yang lepas begitu saja, yakni keberadaannya dibangun oleh individu melalui
catatan dan penafsiran situasi di mana dia bertindak, sehingga kelompok atau
tindakan kolektif itu terdiri dari bebeapa susunan tindakan beberapa individu,
yang disebabkan oleh penafsiran individu atau pertimbangan individu terhadap
setiap tindakan lainnya.” [4]
[3] Sunarto,
Kamanto,2000,hlm :35-36
[4] Zeitlin, Irving M. 1995, hlm: 331-332
Menurut Helbert Blumer
interaksionalisme simbolik bertumpu pada tiga premis yaitu :
1. Manusia
bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-maknaang ada pada sesuatu itu bagi
mereka.
2. Makna
tersebut berasal dari “interaksi sosial seseorang dengan orang lain”.
3. Makna
tersebut disempurnakan disaat proses interaksi sosial berlangsung.
Interaksionalisme
simbolik yang diketengahkan Blumer mengandung sejumlah rootimages atau ide-ide
dasar, yang dapat diringkas sebagai berikut :
1. Masyarakat
terdiri dari manusia yang berinteraksi. Kegiatan tersebut saling bersesuaian
melalui tindakan bersama, membentuk apa yang dikenal sebagai organisasi atau
yang bisa disebut struktur sosial.
2. Interaksi
terdiri dari berbagai tindakan manusia yang berhubungan dengan kegiatan manusia
yang lain. Interaksi-interaksinonsimbolis mencakup stimulus-respon yang
sederhana. Interaksi simbolis mencakp “penafsiran tindakan”.
3. Objek-objek
tidak emempunyai makna interinsik, makna lebih kepada simbolik.
4. Manusia
tidak hanya mengenal objek eksternal, mereka dapat melihat dirinya sebagi
obyek.
5. Tindakan
manusia adalah interpretative yang dibuat oleh manusia itu sendiri.
6. Tindakan
tersebut saling dikaitkan dan disesuaikan oleh anggota-anggota kelompok. [5]
[5] Bachtiar, Wardi, M,S, 2006,hlm :249-250
Rama Dadang Pratama
D0312063
Sosiologi A
Mata Kuliah Azaz-Azaz Sosiologi
Dosen : Akhmad Rahmdhon
DAFTAR PUSTAKA
Bachtiar, Wardi,M,S.2006. Sosiologi Klasik dari Comte hingga Parsons.Bandung
: Remaja rosdakarya.
Lawang, Robert M.Z.1986. Teori Sosiologi Klasik dan Modern oleh Doyle Paul Johnson.Jakarta :
PT. Gramedia
Sunarto, Kamanto. 2000. Pengantar Sosiologi. Jakarta :lembaga penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.
Zetlin, Irving M. 1995. Memahami Kembali Sosiologi. Yogyakarta :Gajah Mada University
Press.
|